Brak!!
Terdengar meja di gebrak. Yaahh,, soto gebrak jadi runner up ketika aksi ini muncul di tengah hari bolong. Si bos marah. Marah besar, terdengar dan terlihat dari aura emosionalnya yang bernotasi tinggi. Ngga tanggung-tanggung, si api kemarahan dilampiaskannya ke bawahan. Ya, didepan semua orang. Semua mata tertuju pada pekerjaan masing-masing, namun telinga tak mampu berhenti untuk mengetahui ada apa gerangan permasalahan yang terjadi.
”F**k!” teriaknya kencang.
Jelas banget kata ini membuat semua karyawan seruangan jadi lebih peka untuk pengen tau ada masalah apa. Si bos ini sudah terkenal dan melanglang buana di dunia kemarahan. ”Gue rasa dia bak jaman orde baru dulu. Puluhan taun jadi boss besar neraka.. Kerjaannya marah-marah melulu!”
“Ohh, the anger sharks are swimming in my head!”, - Anger Management
Tabiat kayak gitu, bikin saya berpikir, kapan ya si bos bisa ngga marah? Kapan ya si bos bisa ngga marah didepan umum? Ngga bisa ya berprilaku lebih bijaksana dan berwibawa ketimbang terlihat galak dan dijauhi banyak orang karena takut kalo bertemu dengannya di tengah jalan. Mereka yang pernah kena semprot atau kena marah istilahnya, tiba-tiba berakting dan kasih respon yang ”fake”, hanya supaya membuat suasana enak aja.
”Ahh, marahnya emang sebentar. Sebentar lagi baik lagi. Kalo ada mau dan butuh kita. Becanda ngga penting, bahkan keliatan ngga tulus. Nyapa dijalan sekedar senyum asem dan tatapan mata juga ngga fokus ke orang yang bertatapan langsung. Yaa.. anak buah alias kacung mah cuma bisa sabar doang yak, buat bertahan hidup dapetin gaji bulanan.. Tapi, sampai kapan bisa sabar? Capek juga kali sabar!! Dia yang harusnya sabar! Sadar!!”
“What, do you think you're better than me, 'cause you got both your nuts?” - Anger Management
Ok, ini merupakan kasus di semua kerjaan yang ngga akan pernah hilang. Regenerasi kemarahan seorang bos pasti akan terus ada. Marahnya mereka, pasti karena sesuatu hal, pasti karena sesuatu kesalahan si anak buah. Coba untuk menjadi pendengar yang baik. Dengarkan alasan munculnya sebuah masalah.
Emang yang namanya sabar tuh sulit buat dilakukan. ”Kalo kayak gini caranya, kesabaran gue bisa abis!!” itu yang muncul kalo kita udah ditekan banyak permasalahan pressure si bos dengan emosinya. Kesabaran orang tuh ada ukurannya ya? Kalau kata seorang motivator bilang, bila kita mengatakan bahwa untuk bersabar itu - sulit, karena kesabaran kita diukur dari kekuatan benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas.
Coba deh lihat diri kita sendiri sebelum meluapkan emosi. Kita cenderung bakal marah dan emosi meletup, kalau ada masalah dirumah, masalah sama pacar atau pasangan bahkan masalah sama sahabat sendiri. Susah buat menyesuaikan keadaan kalau kita udah berada di kantor buat menyesuaikan diri. Seakan kebalnya imun kesabaran meng-handle antara kerjaan dan masalah udah ngga bisa disembuhkan. Alhasil, pelampiasan masalah pribadi, akan dilampiaskan ke kerjaan kantor.
Ngga enak banget merasa emosi setiap hari, merasa mau marah-marah setiap hari cuma karena kesalahan kecil aja. Menderita banget kita dibuatnya. Berasa ngga ada hal yang menyenangkan buat kita kayaknya..
Bola kemarahan si bos sering melambung tinggi ketimbang nilai sesuatu hal yang membuat dia marah. Bila saja kita bisa sadar diri untuk berpikir sebelum bertindak dalam melampiaskan amarah. Kita bisa lebih berhati-hati akan efeknya. Hal itu bisa bikin kita melatih emosi dan bikin kita bisa tampil menjadi si sabar.
Niat saya bekerja, cuma ingin merasakan kedamaian dalam kantor. Suasana yang adem ayem gitu. Ngga butuh yang namanya bumbu pedes a la cabe ulekan yang muncul Cuma gara-gara masalah kecil, yang di ulek supaya semua orang bisa merasakan dan respek sama pembuat cabe.
Egois. Egois karena bisanya hanya menuntut orang lain supaya tunduk, dan hormat pada diri melalui emosi dan amarah. Kemarahannya menunjukkan bahwa hal itu pernah terjadi dalam hidupnya di masa lalu. Kemarahannya di depan umum menunjukkan bahwa seakan dia menuntut lebih dari apa yang belum pernah dilakukannya di masa lalu. Trauma dilampiaskan dalam kemarahan.
Kalau si bos memang benar bos adanya alias pemimpin yang baik, dipercayakan untuk mempimpin bawahan untuk membentuk sebuah pasukan yang hebat dan berpotensi, pasti bos dengan tipe yang mengayomi dan merangkul semua anak buah dengan ketegasan dan kewibawaannya, bukan karena emosinya. Orang lain ngga akan tunduk dan respek bahkan menghormati orang lain hanya karena emosi meletup atau ketegasan lewat amarah. Ngga akan berhasil buat bawahan.
Ayolah bos, ukur dan nilai diri Anda supaya lebih jernih dalam memberikan sebuah solusi dari masalah – sekecil apapun itu, menghadapi bawahan – sekecil apapun status mereka di kantor. Bawahan yang nyatanya banyak kasih arti nilai yang sesungguhnya dari sebuah kehidupan.
Bukankah si bos yang sekarang dulunya memulai dari bawah? Atau memang si bos yang sekarang sudah terlahir menjadi bos? Dunia ngga adil kalo gitu..
I feel my world shake
I can't look away
Hard to see clear
Is it me
Or is it fear?
I'm madly in anger with you
I want my anger to be healthy
I want my anger just for me
I need my anger not to control
I want my anger to be me
I need set my anger free
I need to set my anger free
Set it free!
Metallica - Saint Anger
No comments:
Post a Comment